- Dalam data lembaga demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), diketahui bahwa 6 dari 10 rumah tangga termiskin memiliki pengeluaran untuk membeli rokok. Jika anggaran itu dialokasikan untuk ditabung maka bisa diperkirakan orang miskin tersebut bisa mengumpulkan uangnya untuk pergi haji, kuliah di UI, DP rumah dan sebagainya.
"Kesempatan hilang akibat 10 tahun merokok. Konsumsi rokok perhari 1 bungkus 10 ribu, perbulan 300 ribu pertahun 3.650 ribu per 10 tahun 36.500 ribu sama dengan biaya haji, sekolah S1 UI, DP rumah, beli motor, dan lain-lain" ujar peneliti lembaga demografi UI, Abdillah Ahsan saat diskusi dengan media di kemenkes, Jakarta (25/5).
Disebutkan juga pengeluaran untuk rokok menempati urutan kedua dalam keluarga miskin. Pengeluaran itu berada di peringkat dua setelah kebutuhan pokok.
"7 Dari 10 rumah tangga memiliki pengeluaran untuk membeli rokok, 6 dari 10 keluarga miskin pengeluarannya untuk membeli rokok. pengeluaran rokok no 2 setelah kebutuhan pokok, pertama beras atau padi-padian pada rumah tangga termiskin," tambahnya lagi.
Hal ini disayangkan karena rokok membuat kesempatan lain hilang dalam keluarga miskin. Seperti pemenuhan pendidikan dan asupan makanan bergizi.
"Mereka mengorbankan 11 kali pengeluaran untuk daging, Biaya pendidikan 6 kali. Berhenti rokok dan mengalokasi uang untuk rokok. Mereka susah bayar sekolah tapi setiap hari merokok," tegas Abdillah lagi.
Diketahui juga jumlah perokok terus bertambah tiap tahunnya. Dari data 2010 saja sudah 66% laki-laki dewasa perokok dan 4,2% perempuan dewasa perokok. Bukan hanya orang dewasa, perokok remaja pria dan wanita meningkat masing-masing sebanyak 2 kali lipat dan 5 kali lipat.
Hal itu tentu mengkhawatirkan mengingat dampak rokok akan berakumulasi sehingga menyebabkan berbagai penyakit tidak menular muncul di usia produktif.
"Kesempatan hilang akibat 10 tahun merokok. Konsumsi rokok perhari 1 bungkus 10 ribu, perbulan 300 ribu pertahun 3.650 ribu per 10 tahun 36.500 ribu sama dengan biaya haji, sekolah S1 UI, DP rumah, beli motor, dan lain-lain" ujar peneliti lembaga demografi UI, Abdillah Ahsan saat diskusi dengan media di kemenkes, Jakarta (25/5).
Disebutkan juga pengeluaran untuk rokok menempati urutan kedua dalam keluarga miskin. Pengeluaran itu berada di peringkat dua setelah kebutuhan pokok.
"7 Dari 10 rumah tangga memiliki pengeluaran untuk membeli rokok, 6 dari 10 keluarga miskin pengeluarannya untuk membeli rokok. pengeluaran rokok no 2 setelah kebutuhan pokok, pertama beras atau padi-padian pada rumah tangga termiskin," tambahnya lagi.
Hal ini disayangkan karena rokok membuat kesempatan lain hilang dalam keluarga miskin. Seperti pemenuhan pendidikan dan asupan makanan bergizi.
"Mereka mengorbankan 11 kali pengeluaran untuk daging, Biaya pendidikan 6 kali. Berhenti rokok dan mengalokasi uang untuk rokok. Mereka susah bayar sekolah tapi setiap hari merokok," tegas Abdillah lagi.
Diketahui juga jumlah perokok terus bertambah tiap tahunnya. Dari data 2010 saja sudah 66% laki-laki dewasa perokok dan 4,2% perempuan dewasa perokok. Bukan hanya orang dewasa, perokok remaja pria dan wanita meningkat masing-masing sebanyak 2 kali lipat dan 5 kali lipat.
Hal itu tentu mengkhawatirkan mengingat dampak rokok akan berakumulasi sehingga menyebabkan berbagai penyakit tidak menular muncul di usia produktif.
No comments:
Post a Comment